Kelapa Yang Dikenal Dengan Pohon Seribu Manfaat Ini Buka Peluang Besar Bagi Kabupaten Lingga

Lingga190 Dilihat

Lingga, Mediakeprinews.com- Asosiasi Industri Sabut Kelapa Indonesia (AISKI) meminta Presiden Joko Widodo, untuk dapat mendorong Kementerian Perindustrian meningkatkan bantuan mesin dan peralatan pengolahan sabut kelapa pada Industri Kecil Menengah (IKM) karena potensinya mengiurkan di pasar internasional.

Sekjen AISKI Adi Indra Pawennari mengatakan, pohon kelapa yang dikenal sebagai pohon seribu manfaat ini memiliki nilai ekspor yang mengiurkan, salah satunya sabutnya yang menjadi incaran pasar internasional.

Produk sabut kelapa, seperti cocofiber dan cocopeat untuk bahan baku springbed, matras, jok mobil, tali dan karpet, serta media tanam pada sistem pertanian hydroponik dan animal beding dapat ditingkatkan untuk di ekspor.

kata Sekretaris Jenderal AISKI, Ady Indra Pawennari usai melakukan pertemuan dan kunjungan ke Kabupaten Lingga, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) bersama sejumlah investor asal China di Batam.

Melihat besarnya kebutuhan pasar internasional, kita mendorong pemerintah meningkatkan bantuan mesin dan peralatan bagi IKM sabut kelapa di daerah, khususnya di daerah penghasil,” kata Ady Indra Pawennari.

Dari hasil pertemuan dan kunjungan lapangan di Kabupaten Lingga bersama investor asal Tiongkok, salah satu pengusaha asal Tiongkok tertarik untuk mengembangkan industri pengolahan kelapa di Desa Resang, Kecamatan Singkep Selatan, Kabupaten Lingga.

Kebetulan, Pemerintah Kabupaten Lingga sudah punya lahan dan infrastruktur industri kelapanya. Jadi, mereka tinggal kerjasama operasional dengan BUMD setempat. Mudah -mudahan, dalam waktu dekat ini segera terealisasi,”ungkapnya

Pria peraih Anugerah Pahlawan Inovasi Teknologi tahun 2015 ini, membeberkan produk turunan buah kelapa yang sangat diminati oleh pasar internasional saat ini adalah cocofiber dan cocopeat (serat dan serbuk sabut kelapa).

Untuk cocofiber itu, pasarnya hanya ke China dengan kebutuhan 10.000 ton per bulan. Sedangkan untuk cocopeat, pasarnya lebih luas lagi. Selain China, juga ada Jepang, Korea Selatan, USA dan Eropa. Kebutuhannya sekitar 24 ribu ton per bulan,” paparnya.

Ketika ditanya produktivitas industri sabut kelapa Indonesia untuk memenuhi permintaan pasar ekspor saat ini, dirinya mengaku masih sangat kecil. Untuk cocofiber dan cocopeat, Indonesia baru bisa ekspor sekitar 32.400 ton per tahun atau rata-rata 2.700 ton per bulan.

Jika dihitung dari potensi produksi buah kelapa nasional yang mencapai 15 miliar butir per tahun, maka Indonesia bisa memproduksi cocofiber dan cocopeat sekitar 8 juta ton per tahun.

Rinciannya, cocofiber sekitar 2,2 juta ton dan cocopeat sekitar 5,8 juta ton per tahun. Ini potensi mendatangkan devisa yang luar biasa,” ujar Ady.

Harga penjualan cocofiber dan cocopeat sendiri di pasar internasional saat ini, sekitar USD 320 dan USD 240 per ton. Harga ini berlaku di negara Asia, sedangkan untuk pasar USA dan Eropa, harganya jauh lebih mahal karena pengaruh jarak tempuh dan biaya transportasi. (Sb)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.