MediaKepriNews.Com-Ketua Umum Asosiasi Petani Sawit Indonesia (Apkasindo) Gulat Menurung menyampaikan berbagai persoalan petani sawit, terutama anjloknya harga Tanda Buah Segar (TBS) Sawit terus disampaikan kepada pemerintah. Apkasindo dan GAPKI diundang langsung oleh Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan kemarin (29/06/2022), guna membahas penyerapan dan harga tandan buah segar (TBS).
Dikatakan Gulat, memenuhi undangan dari Kementrian Perdagangan, Apkasindo diwakili oleh Dr cn Rino Afrino, ST MM., Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Pusat, KH. Suher selaku Ketua Dewan Pimpinan Wilayah Apkasindo Provinsi Riau, H. Wawan selaku Ketua Dewan Pimpinan Wilayah Apkasindo Provinsi Banten, dan Syaiful Bahri, SH.,MH, selaku anggota Dewan Pakar DPP Apkasindo.
Rombongan diterima langsung oleh Mendag yang didampingi oleh Sekretaris Jenderal, Suhanto; Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri, Oke Nurwan; Plt. Direktur Jenderal Dalam Negeri, Veri Anggriono Sutianto; dan Kepala Badan Pengkajian Dan Pengembangan Perdagangan, Kasan.
Dalam pertemuan yang berlangsung selama satu setengah jam tersebut, Apkasindo memaparkan situasi harga TBS (tandan buah segar) petani sawit Indonesia, baik swadaya atau mitra di 22 Provinsi Apkasindo, yang dijelaskan oleh Sekjen DPP Apkasindo.
Apkasindo juga mempersentasekan bagaimana hubungan antara DMO, DPO, FO, BK, dan PE saat tender CPO di KPBN yang berlangsung setiap hari,
Dari pemaparan tersebut, Rino mengatakan bahwa situasi makin memburuk pasca pencabutan larangan ekspor dan hal ini sangat berkaitan dengan beban dari CPO seperti DMO, DPO dan FO. Pemerintah harus mengambil kebijakan “relaksasi”, paling tidak sampai stok CPO dalam negeri berkurang.
KH. Suher sebagai peraih dua kali berturut-turut Piagam Penghargaan sebagai Petani sawit terbaik se Indonesia, juga diberi kesempatan memaparkan fakta lapangan di provinsi Riau dalam diskusi dengan Mendag. “Saya pusing ditanya terus oleh 512 ribu petani sawit di Riau” kata Suher di awal pembicaraannya kepada Mendag”. Saya sampaikan seperti apa harga di Riau yang bervariasi, kalau petani binaan seharga Rp. 1.200-Rp. 1.250, sedangkan untuk non-mitra atau swadaya di harga Rp. 850-Rp.900 per kilo, itupun jika ada PKS yang membeli” terang Suher.
Kemudian Pak Menteri bertanya ke Saya “mengapa harga TBS Petani anjlok?”. Menanggapi ini Suher memaparkan adanya 5 macam potongan yakni PE (pungutan ekspor), BK (bea keluar), DMO (Domestic Market Obligation), DPO (Domestic Price Obligation) dan FO (Flush Out) dan kesemua ini dibebankan ke harga TBS petani.
“Jadi sebenarnya Pak Menteri udah tau ada beban itu, tapi Pak Menteri tidak menyangka bahwa beban tersebut 100% di timpakan ke Petani”, jelas Suher.
“Pemerintah sudah membuka jalur ekspor, bahkan dengan program FO tetapi baru dipenuhi sebanyak 40% oleh eksportir, jadi saat ini permasalahan bukan di pemerintah lagi, tapi di eksportir karena pemerintah sudah membuka pintu ekspor seluas-luasnya” lanjut Suher menirukan statemen Pak Menteri Perdagangan.
Suher merasa tanggapan Mendag dari hasil pertemuan sangat positif dan mengapresiasi perjuangan Apkasindo dalam mendapatkan hak Petani, ujar Suher lebih lanjut.
Suher juga menjelaskan ke Mendag bahwa dirinya adalah Petani Plasma dari salah satu perusahaan nasional. Namun demikian tidak juga mendapat harga sesuai harga dinas perkebunan”, kata Suher. Jadi saat ini yang terjadi di 22 Provinsi Apkasindo adalah “suka-suka”, semua PKS (1.118) tidak satupun yang patuh dengan harga dinas perkebunan, jadi jangan ada dusta diantara kita, tegas Suher.
“Mendag nanya ke Saya “kalau harga CPO Rp.9.000 berarti berapa harga TBS? Saya jawab bahwa dengan harga segitu maka TBS di angka Rp. 1.400 – Rp. 1.600 per kilo. Jadi kalau CPO di harga Rp. 14.000 maka petani berhak atas harga TBS di Rp. 3.500 – Rp.3.700 per kilo” terang Suher dengan mimik Pak Mendag yang terkejut, ujar Suher.
“Saya sangat puas dengan jawaban Mendag, terutama berjanji mengawal tender CPO di KPBN terhitung mulai hari ini” karena semua berawal dari hasil tender CPO di KPBN, mau naik harga TBS atau turun, semua berpatokan ke hasil tender CPO”.
Semoga sesuai tugas dan fungsi Kementerian Perdagangan dapat benar-benar menolong kami petani sawit saat ini. “Cukup berat memang, apalagi dengan anak-anak sekolah yang akan membutuhkan biaya yang ekstra untuk masuk tahun ajaran yang baru, demikian juga dengan anak-anak kami yang sedang kuliah, ujar Suher dengan perih.
“Saya optimis harga TBS kita akan pulih jika Kemendag mau melaksanakan apa yang diusulkan oleh Apkasindo, jika tidak maka jangan pernah bermimpi harga TBS akan pulih”, tutup Suher kepada wartawan. ****