MediaKepriNews.Com-Ada berbagai cara pencegahan kebakaran hutan dan lahan yang terus diupayakan oleh pemerintah Indonesia, khususnya dalam menghadapi potensi kekeringan di musim kemarau. Salah satunya dengan memaksimalkan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC).
Akhir pekan lalu, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan kembali menjalankan operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) serentak di Provinsi Riau, Jambi dan Sumatera Selatan. Operasi tersebut merupakan kerja sama antara KLHK dengan Balai Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), TNI AU, BNPB, BMKG serta peran swasta, salah satunya yakni Grup APRIL (PT Riau Andalan Pulp and Paper/ RAPP).
Direktur RAPP Mulia Nauli mengatakan pihaknya mendukung penuh upaya pencegahan karhutla lewat TMC yang diinisiasi KLHK dan bekerjasama dengan multistakeholder tersebut.
“Sebagai perusahaan yang mengedepankan prinsip keberlanjutan, kami mendukung penuh upaya pencegahan karhutla dengan TMC dan mengapresiasi sinergi multipihak untuk mengendalikan karhutla yang diharapkan dapat meminimalisir potensi titik api, khususnya di Provinsi Riau,” kata Mulia, Senin (14/06/2021).
Operasi TMC menjadi salah satu upaya mitigasi karhutla dengan memanfaatkan teknologi berupa hujan buatan yang diharapkan dapat mempertahankan kebasahan lahan, terutama lahan gambut untuk meminimalisir potensi terjadinya karhutla. Operasi TMC sendiri telah dilaksanakan sejak beberapa tahun yang lalu.
Hujan buatan dibuat dengan menginduksi awan-awan potensial sehingga turun hujan untuk membasahi lahan gambut, mengatasi kekeringan pada wilayah tertentu, mengisi embung, dan mengatasi kebakaran hutan dan lahan pada areal yang cukup luas.
Dirjen Pengendalian Perubahan Iklim KLHK Laksmi Dewanthi mengatakan operasional TMC dilakukan pada status Siaga Darurat suatu provinsi telah ditetapkan. Pada 2021, terdapat empat provinsi yang telah menetapkan Status Siaga Darurat, yaitu Provinsi Riau, Kalimantan Barat, Jambi, dan Sumatera Selatan.
“Pada provinsi-provinsi ini perlu segera dilakukan peningkatan upaya pengendalian karhutla sehingga karhutla dapat diatasi dengan cepat, api tidak membesar, dan tidak terjadi bencana kabut asap,” tegas Laksmi, akhir pekan lalu.
Pada kesempatan tersebut, Laksmi mengucapkan terima kasih atas kerjasama yang baik oleh para pihak selama ini, sehingga operasi TMC ini dapat dilaksanakan secara berkelanjutan dan menjadi salah satu langkah permanen dalam pengendalian karhutla di Indonesia.
Adapun, KLHK secara intensif terus melakukan berbagai upaya untuk mengendalikan terjadinya karhutla, khususnya dengan pendekatan kepada masyarakat melalui sosialisasi dan kampanye pencegahan karhutla kepada masyarakat, patroli terpadu, patroli mandiri Manggala Agni, dan memberdayakan masyarakat melalui MPA Paralegal dan tokoh masyarakat.
Pengecekan titik panas (hotspot) juga terus dilakukan pada setiap hotspot yang terpantau dan segera dilakukan pemadaman dini jika ditemukan kejadian kebakaran hutan dan lahan oleh para petugas di lapangan.
“Mari kita terus bersinergi dalam melakukan upaya pengendalian kebaran hutan dan lahan untuk langit biru tanpa kabut asap di negeri tercinta kita ini,” ajak Laksmi
Sejalan dengan prioritas pemerintah, Grup APRIL melalui RAPP juga mendukung pencegahan karhutla dengan melakukan berbagai kegiatan, salah satunya dengan pendekatan berbasis komunitas di sekitar wilayah operasional melalui program Desa Bebas Api atau Fire Free Village (FFV).
Lewat FFV, produsen kertas merk “PaperOne” mengajak masyarakat untuk ikut serta menanggulangi kebakaran dan menjauhi praktik pertanian yang tidak berkelanjutan. Hingga 2020, Program Desa Bebas Api telah menjalin kemitraan dengan hampir 80 desa yang mencakup lahan seluas 753.604 hektare atau hampir sepuluh kali luas wilayah Singapura.
Program ini telah terbukti membantu mengurangi kebakaran hingga 90 persen di wilayah masyarakat setempat. Sebagai gantinya, perusahaan memberikan apresiasi bagi desa yang mampu menanggulangi kebakaran dengan pemberian dana infrastruktur desa hingga mencapai Rp100 juta per desa.
Selain itu, Grup APRIL juga berpartisipasi dalam Fire Free Alliance (FFA). FFA merupakan forum multistakeholder saling bertukar informasi dan mencari solusi dalam penanganan karhutla dan kabut asap.
Tak hanya itu, produsen pulp dan kertas yang beroperasi di Pangkalan Kerinci, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau tersebut menyiagakan 2.275 firefighter terlatih yang tergabung dalam Fire Emergency Response Team (FERT) RAPP untuk menanggulangi kebakaran. FERT RAPP terdiri dari personel inti yang berjumlah 1.156 orang, anggota cadangan sebanyak 640 orang, dan anggota MPA sebanyak 480 orang. Untuk memudahkan pemantauan hotspot, sebanyak 37 menara pengawas dan kamera pantau jarak jauh (CCTV) dipasang di beberapa titik di sekitar area konsesi perusahaan dan sekitarnya.****